Ketika mendengar kata “Viking”, mungkin imajinasi kita langsung tertuju pada sosok bertubuh besar, sebagaimana yajg banyak film kartun gambarkan. Atau justru, sekelompok fans sepakbola asal Bandung yang bernama Bobotoh Persib, dengan latar logo helm viking. Bisa jadi.Mengenal Viking, mungkin kita perlu memberikan gambaran tentang sekelompok penjelajah laut yang sering mengenakan helm bertanduk, dan berlayar di kapal panjang untuk merampok wilayah-wilayah Eropa. Mitos ini, meskipun menarik, hanyalah sebagian kecil dari cerita yang lebih panjang dari rentetan kisah yahg sebenarnya.
Kisah bangsa Viking adalah sebuah sejarah panjahg tentang peradaban, petualangan, penaklukan, kepercayaan mendalam terhadap dunia spiritual, dan juga tentang keruntuhan yang membawa perubahan besar dalam peradaban negara-negara modern di Skandinavia.
Awal Mula Bangsa Viking: Siapa Mereka?
Bangsa Viking berasal dari wilayah yang sekarang kita kenal sebagai Skandinavia, mencakup Norwegia, Swedia, dan Denmark. Mereka mulai muncul sebagai kekuatan pada akhir abad ke-8 Masehi, dan periode ini sering disebut sebagai Zaman Viking. Sebutan “Viking” sendiri bukanlah nama etnis, melainkan istilah yang merujuk pada aktivitas mereka sebagai pelaut dan penyerbu. Mereka disebut sebagai “Vikingr”, yang dalam bahasa Norse Kuno berarti seseorang yang terlibat dalam ekspedisi laut, baik untuk berdagang, menjelajah, maupun merampok.
Beberapa literatur sejarah menunjukan kalau puncak kejayaannya. Bangsa Viking dikenal sebagai penakluk ulung. Mereka bukan hanya merampok, tetapi juga menjelajahi dan menetap di berbagai wilayah. Salah satu serangan paling terkenal adalah pada tahun 793, ketika Viking menyerang biara Lindisfarne di Inggris, menandai dimulainya serangkaian serangan brutal ke seluruh Eropa. Mereka menjelajah hingga ke Mediterania, pesisir Rusia, bahkan Amerika Utara—jauh sebelum Columbus menginjakkan kakinya di Benua Baru.
Namun, di balik reputasi sebagai penakluk, Viking juga dikenal sebagai kelompok pedagang yang cerdas. Mereka membangun jaringan perdagangan luas yang mencakup Timur Tengah, Asia, dan Eropa. Pada periode selanjutnya, bangsa Viking juga dikenal sebagai petani dan pemukim. Mereka mendirikan permukiman di tempat-tempat seperti Islandia, Greenland, dan bahkan sebagian wilayah Inggris serta Prancis. Sebuah bangsa yang hidup dari laut, mereka menggantungkan kehidupan pada kemampuan navigasi dan inovasi kapal yang mereka miliki, seperti kapal panjang yang bisa menempuh perjalanan jauh di lautan dan melintasi sungai-sungai dangkal.
Kepercayaan dan Dunia Spiritual Viking
Bagi bangsa Viking, dunia bukan hanya terdiri hanya dari kehidupan fisik, tetapi juga spiritual. Mereka percaya pada panteon dewa-dewi yang dipimpin oleh Odin, dewa perang dan kebijaksanaan. Dewa-dewa lain seperti Thor, dengan palu Mjölnir-nya, dan Freyja, dewi cinta dan kesuburan, juga sangat dihormati. Kepercayaan Viking terhadap kehidupan setelah mati adalah beberapa aspek menarik yang kerap diromantisasi dalam berbagai kisah modern.
Valhalla, aula para pejuang, adalah salah satu inti dari kepercayaan mereka tentang akhirat. Hanya mereka yang mati dengan gagah berani di medan perang yang dipercaya akan dibawa oleh valkyrie, pelayan Odin, ke Valhalla. Di sana, mereka akan hidup abadi, berlatih perang setiap hari, dan makan serta minum di malam hari, mempersiapkan diri untuk Ragnarok, pertempuran akhir zaman.Bagi seorang Viking, mati dalam peperangan adalah kehormatan tertinggi. Kepercayaan ini menjelaskan mengapa mereka seringkali bertempur dengan penuh keberanian dan terkadang justru tampak nekat—mereka tidak takut mati, melainkan menantikan perjalanan ke Valhalla.
Keruntuhan Bangsa VikingsNamun, seperti semua peradaban besar, kejayaan Viking tidak berlangsung selamanya. Pada abad ke-11, kekuatan bangsa Viking mulai memudar. Sejumlah faktor berperan dalam keruntuhan ini. Salah satunya adalah munculnya kekuatan-kekuatan lokal di wilayah yang mereka taklukkan. Bangsa-bangsa Eropa yang sebelumnya terpecah mulai bersatu dan membangun pertahanan yang lebih baik untuk melawan serangan Viking.
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Bangsa Viking adalah sebutan untuk orang-orang Skandinavia yang memiliki tradisi kuat sebagai penjelajah lautan di wilayah Eropa sekitar akhir abad ke-8 hingga pertengahan abad ke-11.
Viking berasal dari bahasa Norse Kuno "vik" (teluk atau sungai) yang merupakan akar kata "vikingr" yang berarti bajak laut. Mereka juga dikenal sebagai Norseman (North man) yang berarti orang dari Utara.
Bangsa Viking biasa hidup di perairan dan mendiami sebagian besar benua Eropa. Mereka bahkan mampu mengarungi lautan hingga Afrika Utara, Mediterania, Amerika Utara, dan Timur Tengah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebagai salah satu negara Skandinavia, Denmark merupakan bangsa Viking.
Zaman viking merupakan periode paling terkenal dalam sejarah Denmark.
Dilansir dari laman Kementerian Luar Negeri Denmark, zaman Viking Denmark dimulai sekitar 793 M. Kala itu, bangsa Viking Denmark melakukan penyerbuan ke pulau Inggris, Lindisfarne.
Bangsa Viking akhirnya mendirikan pemukiman di Yorkshire di Inggris Utara dan di Normandia di wilayah barat laut Perancis.
Zaman Viking berlangsung sekitar 250 tahun. Pada suatu masa, Viking Denmark Sweyn Forkbeard (Svend Tveskæg) dan putranya Canute the Great (Knud den Store) menjadi raja bukan hanya di Denmark tetapi juga di Norwegia, Swedia Selatan, Greenland, Kepulauan Faroe, Shetland, Orkney, dan sebagian wilayah Inggris.
Bangsa Viking melakukan perjalanan jauh ke luar wilayah kekuasaan mereka. Mereka salah satunya berlayar ke wilayah yang sekarang dikenal sebagai Rusia dan Turki.
Kemampuan navigasi Viking di laut juga membawa mereka hingga ke Greenland dan Amerika Utara.
Bangsa Viking terus menjarah dan mencuri, serta berdagang logam mulia, tekstil, barang pecah belah, perhiasan, dan bulu. Terkadang, mereka juga membeli dan menjual budak Eropa.
Bangsa Viking Norwegia kebanyakan berlayar ke barat. Mereka menyerbu dan menetap di Irlandia, Skotlandia, Inggris, Prancis, Kepulauan Shetland, Kepulauan Orkney, Hebrida, Pulau man, Kepulauan Faroe, dan Islandia.
Dilansir dari laman Britannica, orang keturunan Viking Norwegia menetap di Greenland dan melakukan ekspedisi ke Vinland.
Banyak orang Viking yang kemudian kembali ke kampung halamannya. Mereka bertemu dengan Eropa Barat dan pertemuan ini menjadi cikal bakal unifikasi dan Kristenisasi Norwegia.
Pada paruh kedua abad ke-9, kepala suku Viking Harald I Fairhair dari wilayah Oslo Fjord berhasil mengambil pantai barat, berkat aliansinya dengan para kepala suku Frostatingslag dan sebagian Gulatoringslag.
Pertempuran terakhir terjadi di Hafrsfjord dekat Stavanger antara 872 dan 900 M. Setelah itu, Harald menyatakan diri sebagai raja Norwegia.
Putranya, Erik I Bloodax, kemudian memerintah sekitar 930-935 usai membunuh tujuh dari delapan saudara laki-lakinya.
Bangsa Swedia dahulu dikenal sebagai bangsa Varangia atau Rus.
Awal mula bangsa Viking Swedia muncul yaitu ketika bangsa Rus berniat menemukan dan menjarah tanah-tanah baru di timur di sepanjang sungai Volga dan Dnieper.
Ekspedisi mereka berbeda dengan ekspedisi bangsa Denmark dan Norwegia di barat. Tujuan utama bangsa Rus adalah untuk berdagang.
Menurut penulis CJ Adrian, bangsa Viking Swedia membangun rute perdagangan yang panjang ke Timur Tengah dan sekitar Laut Hitam.
Pada abad ke-8 dan ke-9, Arab melakukan ekspansi di wilayah Mediterania. Jalur perdagangan di sepanjang sungai Rusia hingga Laut Baltik pun menjadi krusial.
Pada paruh kedua abad ke-9, kepala suku petani Swedia mengeksploitasi penduduk Slavia. Mereka menguasai jalur perdagangan di sepanjang Dnieper hingga Laut Hitam dan Konstantinopel, serta sepanjang Volga hingga Laut Kaspia dan Timur.
Namun, sejak abad ke-10, kendali pasar Rusia mulai berpindah dari tangan Swedia ke tangan pedagang Frisian, Jerman, dan Gotland, demikian dilansir dari Britannica.